Posted by : Unknown
Jumat, 06 Maret 2015
Aku masih betah memandangi wajahnya yang terlihat teduh. Meskipun jarang kulihat senyum terpendar dari parasnya yang ayu. Beberapa hari belakangan, sejak kedatanganku di kota Balikpapan ini, aku terus saja melihat sosoknya tengah duduk termenung di atas pasir pantai Kemala. Wajahnya yang ditempa oleh sinar bulan makin membuatnya terlihat cantik. Walau tak sedikitpun kulihat seulas senyum tersungging dari bibirnya.
Di
tengah kesibukanku mengamati sosoknya, tiba-tiba gadis itu mulai beranjak untuk
berdiri. Gadis berambut ikal yang dibiarkan tergerai itu langsung menatapku
yang berdiri agak jauh darinya. Membuatku terlihat gemas kala menatapnya.
Namun, hanya sekilas. Tak lama, ia berpaling lalu melenggang pergi dari pantai
ini.
***
Dia.
Aku kembali melihatnya. Dan, kali ini masih sama seperti kemarin-kemarin. Tak
terlihat ada yang berubah darinya. Sebenarnya ingin rasanya aku berdiri di
sampingnya. Berceloteh tentang segala hal yang kiranya dapat membuatku melihat
senyumnya. Aku yakin, dia akan nampak lebih manis dengan senyum yang selalu
disembunyikannya itu. Tapi … ah, selalu kata itu yang menghalangiku ketika
ingin mendekati seorang gadis. Aku memang bukan seperti pemuda kebanyakan, yang
begitu mudah melancarkan aksi untuk mendekati lawan jenis. Mungkin, ini juga
yang membuatku masih betah sendiri sampai saat ini. Tapi, yang kurasakan saat
ini terasa berbeda. Sosok gadis itu terus saja mengganggu pikiranku. Wajahnya
seolah terus berputar di kepalaku.
***
“Hai
…” kataku saat aku sudah berada di jarak yang cukup dekat dengannya. Ya,
akhirnya aku memberanikan diri untuk berkenalan dengannya. Meski aku tak tahu,
apakah sikapnya nanti bisa ramah atau tidak.
Dia
menoleh, menatap sendu padaku. Kutarik sedikit kedua sudut bibirku, berharap
akan mendapat balasan darinya. Ia tersenyum. Akhirnya … aku dapat melihat
senyumnya juga, meski terlihat agak dipaksakan.
“Ehm
… namaku Rega. Kamu siapa?” tanyaku tanpa basa-basi. Ia masih saja terdiam.
Menatap ke arah pantai dengan ombak yang saling bertabrakan.
“Namaku
Rembulan, panggil saja Bulan …” dia berujar tanpa menatapku. Entah apa yang
sedang dipikirkannya. Tak lama, kudengar Bulan sedikit terbatuk. Beberapa saat,
ia memundurkan langkahnya. Lalu, berlari kecil meninggalkanku sendiri. Aku
hanya bisa mengerutkan dahi, bingung dengan keadaan yang terjadi.
***
Di
bawah langit malam yang pekat, aku berdiri seorang diri. Kini, tak kulihat
sosok Bulan ada di sini. Entah, ke mana gadis itu sebenarnya. Bahkan, para
penjual di sekitar pantai Kemala ini juga tak tahu keberadaannya saat aku
bertanya tentangnya. Hanya gelengan kepala yang kudapatkan saat itu.
Di
tengah lamunanku yang terus memikirkan tentangnya, kurasakan seseorang menepuk
pundakku dari belakang. Aku langsung menoleh. Kala itu, aku melihat sosok gadis
sudah berdiri manis di hadapanku. Gadis yang beberapa hari ini tak kulihat
siluetnya hadir.
“Bulan, beberapa hari ini aku tidak
melihatmu,” tukasku kemudian.
Dia
tersenyum tipis, lalu berkata, “iya, ada beberapa urusan yang membuatku jadi
sibuk,” jawabnya, lalu berjalan lurus menuju arah pantai. Aku pun mengekor dari
belakang.
“Rega,
apa kamu suka bulan?” tanya Bulan sambil mendongakan kepala untuk memandang
bulan yang saat itu sedang purnama.
“Tentu,”
kataku mengurai senyum. “Bulan memang tidak seperti bintang yang begitu banyak.
Tapi, meski bulan hanya satu, tapi cahayanya berguna untuk menerangi seluruh
dunia saat malam. Dan lagi, tanpa bulan semesta tidak akan bisa berjalan
seimbang.”
Bulan
menoleh, menatap ke arahku. Begitu juga aku, kami sama-sama bergelut dengan
pandangan masing-masing. Ada desiran halus yang merasuk ketika kami saling
menatap.
“Lan,
kamu kenapa?” tanyaku saat menyadari wajah Bulan nampak pucat. Gadis itu hanya
menggeleng pelan.
“Ga,
kamu mau temenin aku makan jagung bakar?” Bulan menatapku dengan tatapan sayu.
Tanpa harus berpikir lagi, aku mengiyakan saja permintaannya. Toh, hanya
sekedar makan jagung. Akhirnya setelah itu kami melangkah pergi dari bibir
pantai, lalu menuju ke salah satu penjual jagung bakar yang ada di sekitar.
“Aku
suka suasana malam di pantai ini,” celetuk Bulan tiba-tiba.
“Dulu,
aku sering memerhatikan kamu termenung sendiri di pantai. Memangnya apa yang
kamu cari?” aku berkata seraya mengunyah jagung bakar di tanganku. Gadis di
sampingku ini menarik napas pelan.
“Aku
hanya ingin melihat bulan saja. Juga, aku senang mendengar suara ombak di
pantai. Aku senang melakukan itu semua sebelum aku pergi,”
Perkataan
Bulan membuatku tergugu. “Maksud kamu apa, Lan?” tanyaku heran. Bulan lagi-lagi
tak menjawab. Sesaat ia menyandarkan kepala di bahuku. Ah, ternyata Bulan bisa
juga bersikap manis begini. Aku hanya tersenyum, membiarkan saja gadis manis
ini. Beberapa saat tak ada gerakan darinya. Kulihat matanya terpejam. Aku
memberanikan diri menggeser sedikit kepalanya. Akhirnya aku bisa melihat
senyumnya juga. Senyum yang sangat indah. Sama sekali tak terlihat dipaksakan.
Mungkin,
aku akan meminta sesuatu pada Bulan ketika ia sudah bangun nanti. Aku ingin
selalu melihat gadis ini menyunggingkan senyum indahnya. Senyum yang sepertinya
akan membuatku sulit untuk tidur. Ya, semoga begitu.
SEKIAN
wah.. template nya bagus :D mau dong !!!
BalasHapusWakakak, ini benerin ke tukang :v
BalasHapus