Posted by : Unknown Minggu, 29 November 2015

Judul               : The Dead Returns
Penulis             : Akiyoshi Rikako
Penerbit           : Haru
Tahun              : cetakan kedua, September 2015
Halaman          : 252 hal
Isbn                 : 978-602-7742-57-4

           
Well, sebelumnya saya ingin bercerita sedikit neh tentang asal muasal saya mendapatkan novel ini hehe. Awalnya sih dikasih tahu sama ortu kalau ada paketan buku datang. Sempat bingung, secara saya lagi nggak barteran buku ataupun beli buku lewat online. Apalagi pas lihat pengirimnya, tertulis di sana dari “katabuku.com”. Tanpa basa-basi, saya pun langsung membuka bungkusannya, dan pas ngeliat cover yang ada, saya langsung ngeh tentang siapa pengirim buku tersebut. Perlu diketahui, novel ini merupakan novel yang lagi pengin saya baca, tapi belum sempat untuk membelinya *bilang aja lagi bokek, plak! Sempat ikut GA penerbitnya juga, sih. Tapi ya gitu, dewi fortuna belum berpihak padaku huhuuu. Sampai akhirnya novel ini sampai ke tangan saya karena sebelumnya teman sesama penulis, Lina Ramdayani, bbm untuk menanyakan alamat lengkap. Katanya sih, kali aja nyasar ke Malang :D
            


Ah, sudahlah. Kayaknya saya kebanyakan basa-basi, ntar kalian pada mabok lagi haha.


@@@

Novel ini berkisah tentang seorang pemuda bernama Koyama Nabuo yang tanpa diduga ternyata ia sudah bertukar tubuh dengan orang lain, yaitu Takahashi Shinji. Hal itu terjadi setelah Koyama Nobuo menerima surat yang entah dari mana datangnya. Surat itu berisikan agar ia datang ke suatu tebing yang sebenarnya merupakan tempat terlarang. Dari situlah semua masalah muncul. Koyama Nobuo didorong oleh seseorang tak diketahuinya. Di waktu yang sama, ada seorang pemuda juga yang berada di sana. Pemuda tersebut kemudian mencoba menolong Koyama yang jatuh dari tebing. Namun, karena suatu sebab, pemuda yang menolong Koyama ikut terjatuh bersamaan.
            
Setelahnya, masalah semakin runcing ketika mereka mendapati wajah masing-masing tidak seperti sebelumnya. Ketika menatap cermin mereka sadar kalau wajah keduanya telah berubah menjadi orang lain. Akhirnya, demi mencari kebenaran tentang semuanya, Koyama yang kini telah berubah sosok menjadi Takahashi Shinji berpura-pura menjadi murid baru di sekolah lamanya. Pemuda itu melakukannya karena ingin menguak siapa orang yang berniat membunuhnya. Sedangkan Takahashi sendiri, ia memilih kabur dari rumah sakit tempat ia dirawat karena khawatir orang yang berusaha membunuhnya akan mencari keberadaannya. Karena bagaimanapun, Takahashi lebih tahu apa yang sebenarnya terjadi ketika di tebing tersebut.

Kira-kira, siapa yang menjadi penyebab jatuhnya Koyama dari tebing? Di sini, penulis benar-benar membuat saya harus bertanya-tanya siapa sebenarnya orang tersebut. Karena setiap bab dan juga plot yang disuguhkan penulis, membuat saya jadi bingung tentang sosok misterius tersebut. Apalagi, setiap tokoh yang ada di novel ini, semuanya seolah digambarkan berpeluang untuk menjadi tersangkanya. Mulai dari Sasaki dan Arai, teman sekelas Koyama yang terkenal menjadi idola di sekolah. Yoshio yang merupakan teman terdekat Koyama, sampai yang lebih jauh, ibu Koyama sendiri dan Sakamoto-sensei yang menjadi tersangkanya.

Di situ saya cukup salut dengan penulis karena berhasil membuat pikiran pembaca sulit menebak siapa yang menjadi sosok misterius dalam novel ini—menurut saya. Karena ada banyak adegan yang akan berhasil mematahkan anggapan pembaca mengenai sosok misterius tersebut. Selain itu karakter yang dibuat penulis juga cukup kuat menurut saya. Semakin terlihat saat Koyama dan Takahashi masing-masing harus bersikap sesuai pribadinya masing-masing sebelum mereka mengalami kecelakaan itu.

Tapi, ada hal yang menurut saya miss dalam novel ini. Bunga bakung yang dilihat Koyama di kelas, bukankah awalnya ia langsung menduga kalau itu adalah bunga yang ditujukan untuk mengenang dirinya yang meninggal. Meski tidak ada yang mengatakan kalau itu bunga untuknya. Tapi karena bunga tersebut diletakkan di mejanya, Koyama jadi berpikir kalau itu adalah bunga bakung untuk mengenang dirinya. Padahal, bunga bakung tersebut ditujukan untuk seorang siswi yang sekelas dengannya.  Selain itu, ketika Takahashi Shinji alias Koyama menjadi murid baru di sekolahnya, kenapa ia bisa melihat sosok Maruyama yang sebenarnya sudah meninggal? Oh, murid lain pun juga bisa melihatnya. Juga, tentang Koyama yang kabur dari rumah sakit, tidak ada satu pun yang mengatakan hal itu ketika Takahashi alias Koyama bertanya-tanya soal keberadaan beberapa orang di tanggal ia jatuh dari tebing.

Oh ya—ini yang terakhir, kok—ada beberapa kata yang penggunaannya kurang cocok dalam dialog orang Jepang di sini. Seperti yang kita tahu, novel yang menggunakan setting Jepang sudah pasti menggunakan kalimat yang lebih baku dibanding novel teenlit Indonesia lainnya.

“Makasih ....” Sasaki-kun (hal 15)
                             “Jadi, kau sudah nggak suka lagi padaku?” (hal 170) 

Membaca kalimat di atas, rasanya kayak ada yang ganjal di tenggorokan saya :D *digetok penerjemahnya haha. Ada juga kata “lho” yang nyempil di sana—saya lupa di halaman berapa. Tapi, over all saya suka sama novel ini. Eits, bukan karena gratisan, lho. Tapi ini memang berdasar apa yang saya rasakan. Kalau nggak suka, pasti saya bakalan meletakkan novel ini begitu saja, meski novel ini genre Jepang—setting kesukaan saya. Dan, saya pun juga cukup cepat membaca novel ini, hanya dalam dua hari saja. Itu pun disambi dengan kesibukan lain di dunia nyata.

Okelah, cukup sekian cuap-cuap dari saya. Biar gimanapun, ini hanya pendapat saya secara pribadi. Namanya juga novel, sebagus apa pun itu kalau sudah jatuh ke tangan pembaca pasti akan ketahuan juga belangnya *halah! 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2025 BLOG SUKA-SUKA - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -