Posted by : Unknown
Sabtu, 28 Februari 2015
Moshi-moshi ....
Hari ini sepertinya saya benar-benar menghabiskan waktu hanya untuk menonton film. ibaratnya neh, saya melakukan estafet untuk bisa menonton semua film yang baru saya copas dari temen. Hahah ... maklumlah, nggak sempet kalau mau download (padahal mah mau ngirit kuota :D).
Oya, hari ini saya mau review sekilas tentang film yang sebenarnya adalah produksi lama. Tapi sayangnya saya baru menonton di akhir tahun 2014. Huh! Benar-benar menyedihkan. Oke, kita mulai saja reviewnya,ya.
Film ini merupakan film garapan jepang yang disadur dari cerita nyata. Menceritakan seorang gadis remaja yang masih smp umur 15 tahun, yang menderita penyakit langka. Spinocerebellar degeneration adalah suatu nama penyakit yang mulanya menyerang saraf otak sampai menghilangkan keseimbangan, dan pada akhirnya menyebabkan kelumpuhan pada tubuh. Lambat laun penyakit yang belum ada obatnya ini dapat menyebabkan kematian pada penderitanya.
Awal kisah menceritakan tentang Aya (diperankan oleh Erika Sawajiri)pada saat ia akan berangkat sekolah, tiba-tiba saja gadis itu jatuh dan dagunya membentur aspal. Yang udah liat pasti udah tahu dong ya, gimana adegan sewaktu si Aya ini jatuh. Kayak bukan jatuh, tapi melayang dengan sempurna. Akhirnya, setelah melalui serangkaian tes dari rumah sakit, Aya diperkirakan menderita penyakit langka tersebut. Btw, yang jadi Mizuno-sensei ini keren, lho. Lebih keren daripada pemain utama cowoknya hihi.
Setelah Aya divonis menderita penyakit itu, ibunya tidak langsung menceritakan hal itu pada keluarganya. Ia masih ingin memastikan sendiri tentang vonis yang dsebutkan oleh dokter. Secara ibunya ini kan bekerja sebagai seorang perawat di salah satu instansi pemerintah. Ia berpikir kalo selama ini sudah merawat keluarganya dengan baik. Jadi, ia agak ragu kalo putrinya bakalan terkena penyakit seperti itu.
Puncak cerita adalah pada saat penyakit Aya sudah mulai menampakkan gejala-gejala yang semakin parah. Ketika gadis itu pergi ke festival musim panas bersama dengan kakak kelasnya. tiba-tiba saja saat akan menyebrang kakinya sulit untuk digerakkan. Dan lagi, Aya kembali jatuh membentur aspal dengan cara melayang seperti sebelum-sebelumnya. Hmm ... nggak bisa bayangin gimana si Erika ini meranin adegan ini tiap kali jatuh seperti itu.
Kemudian, sejak saat itu, kakak kelasnya mulai menjauhi Aya. Temannya mengatakan kalo ia sudah salah memilih seorang gadis. Jika ia masih ingin mempertahankan hubungannya, otomatis kakak kelansya itu harus bertanggung jawab untuk keadaan Aya ke depannya. Tapi, meski begitu, masih ada sosok Ashou-kun (diperankan oleh Nishikido Ryo)yang meskipun ia terlihat dingin dan cuek, namun sebenarnya ia diam-diam memperhatikan Aya. Akhirnya, lama-kelamaan mereka semakin dekat.
Saya masih ingat, banyak sekali adegan dalam film ini yang membuat saya berkali-kali harus mengusap airmata. Cerita ini benar-benar menyentuh sekali. Mungkin, hampir sepanjang cerita saya terus saja menangis saat menonton film ini. Salah satu adegan menyentuh adalah, saat adik cewek Aya memarahi adik cowoknya yang bernama Hiro. Hal itu dikarenakan Hiro malu mempunyai kakak yang sakit seperti Aya. Karenanya ia diejek oleh teman-temannya. Sebenarnya nggak nyangka kalo adik cewek Aya ini (saya lupa namanya) bisa bersikap tegas juga seperti itu.
Intinya, cerita ini benar-benar menginspiratif sekali. Tidak hanya menceritakan soal cinta, tapi lebih kepada kekeluargaan. Saling menyayangi dan mensupport apapun kondisi yang dialami. Pada akhirnya, Aya mengembuskan napas terakhirnya pada usia 25 tahun. Itu artinya ia sudah 10 tahun bergulat dengan penyakit ini.
Oya, catatan penutup untuk tulisan saya hari ini, ost. One Litre Tears ini enak banget. Pertama kali dengar langsung suka.