Hallo ... akhirnya jumpa lagi dengan saya di catatan kecil dan kurang penting ini :D well, biar gimanapun, apa yang akan saya tulis ini setidaknya bisa memberikan manfaat untuk para pembaca. Dan, ini juga adalah kelanjutan catatan dari tulisan saya sebelumnya di sini. 

Berbicara soal Job Seeker's, rasanya hampir setiap hari di dunia ini akan selalu ada orang yang menyandang gelar tersebut. Mengingat setiap saatnya roda kehidupan terus berputar, dari seseorang yang telah lulus sekolah atau bahkan menjadi sarjana. Sampai orang yang telah bekerja pun juga ada beberapa dari mereka yang sibuk mencari pekerjaan baru. Di situ lah mereka memulai petualangan baru sebagai seorang Job Seeker's. Pastinya itu semua juga akan sangat menguras emosi, tenaga, dan pikiran. 

 Namun, ada beberapa hal yang perlu diingat ketika kita sedang merasakan hal tersebut. Sebenarnya, tanpa kita sadari menjadi seorang job seekers ada sisi positifnya juga, lho. Misalnya, kita bisa menghabiskan lebih banyak waktu degan keluarga atau teman. Yah, meski posisi kita saat itu sedang menganggur, setidaknya kita masih bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk hal-hal semacam itu. Tentunya kita tidak diharuskan juga untuk berfoya-foya dan nongkrong enak di saat kondisi kita yang sedang terpuruk. Tapi, selalu ambil sisi baik dari apa yang kita alami saat itu. 

Selain itu, ketika kita memulai pencarian for a new job, di sana kita sudah pasti akan bertemu kembali dengan orang-orang baru yang nasibnya sama seperti kita--job seeker's. Nah, harusnya kalian juga bisa melihat hal itu sebagai sisi positif juga. Karena apa? Seperti pengalaman saya yang sudah-sudah, saya selalu dipertemukan dengan orang baru semacam itu. Di sana saya bisa menjalin pertemanan baru dengan orang-orang tersebut. Keuntungannya, kita bisa sama-sama berbagi informasi mengenai lowongan pekerjaan dsb. Ada kalanya jika kita tidak harus menanggung apa yang kita alami sendirian. Jika ada orang lain yang juga berada di posisi sama seperti kita, itu akan lebih baik, bukan? Bukan berarti kita senang berkumpul dengan para job seekers, tapi akan lebih baik juga kan kalau kita bisa sama-sama mencari pekerjaan baru tanpa harus merasa sendirian. 

Yah, apapun yang sedang kita alami saat ini, sudah selayaknya kalau kita HARUS mensyukuri hal itu. Takdir memang sudah digariskan oleh Allah. Tapi, yang di atas juga pastinya akan melihat seberapa jauh dan besar usaha kita untuk mengubah nasih kita sendiri. 

Oh ya, mengingat di catatan pertama yang saya tulis saat itu posisi saya sedang menjadi seorang job seeker's. Kali ini, Alhamdulillah banget saya sudah selesai melewati masa-masa tersebut. Kurang lebih 4 bulan saya menganggur, jadi rasanya udah kayak makan asam garam kehidupan *halah! Buat kalian yang sedang menjadi seorang job seeker's, jangan pernah berhenti untuk berusaha, dan jangan pernah putus asa untuk mencari pekerjaan, ya! Waktu dan doa pasti akan menjawab semuanya. 

Suka Duka Menjadi Job Seeker's (Part II)

Judul               : The Dead Returns
Penulis             : Akiyoshi Rikako
Penerbit           : Haru
Tahun              : cetakan kedua, September 2015
Halaman          : 252 hal
Isbn                 : 978-602-7742-57-4

           
Well, sebelumnya saya ingin bercerita sedikit neh tentang asal muasal saya mendapatkan novel ini hehe. Awalnya sih dikasih tahu sama ortu kalau ada paketan buku datang. Sempat bingung, secara saya lagi nggak barteran buku ataupun beli buku lewat online. Apalagi pas lihat pengirimnya, tertulis di sana dari “katabuku.com”. Tanpa basa-basi, saya pun langsung membuka bungkusannya, dan pas ngeliat cover yang ada, saya langsung ngeh tentang siapa pengirim buku tersebut. Perlu diketahui, novel ini merupakan novel yang lagi pengin saya baca, tapi belum sempat untuk membelinya *bilang aja lagi bokek, plak! Sempat ikut GA penerbitnya juga, sih. Tapi ya gitu, dewi fortuna belum berpihak padaku huhuuu. Sampai akhirnya novel ini sampai ke tangan saya karena sebelumnya teman sesama penulis, Lina Ramdayani, bbm untuk menanyakan alamat lengkap. Katanya sih, kali aja nyasar ke Malang :D
            


Ah, sudahlah. Kayaknya saya kebanyakan basa-basi, ntar kalian pada mabok lagi haha.


@@@

Novel ini berkisah tentang seorang pemuda bernama Koyama Nabuo yang tanpa diduga ternyata ia sudah bertukar tubuh dengan orang lain, yaitu Takahashi Shinji. Hal itu terjadi setelah Koyama Nobuo menerima surat yang entah dari mana datangnya. Surat itu berisikan agar ia datang ke suatu tebing yang sebenarnya merupakan tempat terlarang. Dari situlah semua masalah muncul. Koyama Nobuo didorong oleh seseorang tak diketahuinya. Di waktu yang sama, ada seorang pemuda juga yang berada di sana. Pemuda tersebut kemudian mencoba menolong Koyama yang jatuh dari tebing. Namun, karena suatu sebab, pemuda yang menolong Koyama ikut terjatuh bersamaan.
            
Setelahnya, masalah semakin runcing ketika mereka mendapati wajah masing-masing tidak seperti sebelumnya. Ketika menatap cermin mereka sadar kalau wajah keduanya telah berubah menjadi orang lain. Akhirnya, demi mencari kebenaran tentang semuanya, Koyama yang kini telah berubah sosok menjadi Takahashi Shinji berpura-pura menjadi murid baru di sekolah lamanya. Pemuda itu melakukannya karena ingin menguak siapa orang yang berniat membunuhnya. Sedangkan Takahashi sendiri, ia memilih kabur dari rumah sakit tempat ia dirawat karena khawatir orang yang berusaha membunuhnya akan mencari keberadaannya. Karena bagaimanapun, Takahashi lebih tahu apa yang sebenarnya terjadi ketika di tebing tersebut.

Kira-kira, siapa yang menjadi penyebab jatuhnya Koyama dari tebing? Di sini, penulis benar-benar membuat saya harus bertanya-tanya siapa sebenarnya orang tersebut. Karena setiap bab dan juga plot yang disuguhkan penulis, membuat saya jadi bingung tentang sosok misterius tersebut. Apalagi, setiap tokoh yang ada di novel ini, semuanya seolah digambarkan berpeluang untuk menjadi tersangkanya. Mulai dari Sasaki dan Arai, teman sekelas Koyama yang terkenal menjadi idola di sekolah. Yoshio yang merupakan teman terdekat Koyama, sampai yang lebih jauh, ibu Koyama sendiri dan Sakamoto-sensei yang menjadi tersangkanya.

Di situ saya cukup salut dengan penulis karena berhasil membuat pikiran pembaca sulit menebak siapa yang menjadi sosok misterius dalam novel ini—menurut saya. Karena ada banyak adegan yang akan berhasil mematahkan anggapan pembaca mengenai sosok misterius tersebut. Selain itu karakter yang dibuat penulis juga cukup kuat menurut saya. Semakin terlihat saat Koyama dan Takahashi masing-masing harus bersikap sesuai pribadinya masing-masing sebelum mereka mengalami kecelakaan itu.

Tapi, ada hal yang menurut saya miss dalam novel ini. Bunga bakung yang dilihat Koyama di kelas, bukankah awalnya ia langsung menduga kalau itu adalah bunga yang ditujukan untuk mengenang dirinya yang meninggal. Meski tidak ada yang mengatakan kalau itu bunga untuknya. Tapi karena bunga tersebut diletakkan di mejanya, Koyama jadi berpikir kalau itu adalah bunga bakung untuk mengenang dirinya. Padahal, bunga bakung tersebut ditujukan untuk seorang siswi yang sekelas dengannya.  Selain itu, ketika Takahashi Shinji alias Koyama menjadi murid baru di sekolahnya, kenapa ia bisa melihat sosok Maruyama yang sebenarnya sudah meninggal? Oh, murid lain pun juga bisa melihatnya. Juga, tentang Koyama yang kabur dari rumah sakit, tidak ada satu pun yang mengatakan hal itu ketika Takahashi alias Koyama bertanya-tanya soal keberadaan beberapa orang di tanggal ia jatuh dari tebing.

Oh ya—ini yang terakhir, kok—ada beberapa kata yang penggunaannya kurang cocok dalam dialog orang Jepang di sini. Seperti yang kita tahu, novel yang menggunakan setting Jepang sudah pasti menggunakan kalimat yang lebih baku dibanding novel teenlit Indonesia lainnya.

“Makasih ....” Sasaki-kun (hal 15)
                             “Jadi, kau sudah nggak suka lagi padaku?” (hal 170) 

Membaca kalimat di atas, rasanya kayak ada yang ganjal di tenggorokan saya :D *digetok penerjemahnya haha. Ada juga kata “lho” yang nyempil di sana—saya lupa di halaman berapa. Tapi, over all saya suka sama novel ini. Eits, bukan karena gratisan, lho. Tapi ini memang berdasar apa yang saya rasakan. Kalau nggak suka, pasti saya bakalan meletakkan novel ini begitu saja, meski novel ini genre Jepang—setting kesukaan saya. Dan, saya pun juga cukup cepat membaca novel ini, hanya dalam dua hari saja. Itu pun disambi dengan kesibukan lain di dunia nyata.

Okelah, cukup sekian cuap-cuap dari saya. Biar gimanapun, ini hanya pendapat saya secara pribadi. Namanya juga novel, sebagus apa pun itu kalau sudah jatuh ke tangan pembaca pasti akan ketahuan juga belangnya *halah! 

Review Novel “The Dead Returns” by Akiyoshi Rikako

Judul : Under the Same Sky that Day
Penulis : Mimosa Hana
Penerbit : De Teens
Tahun Terbit : 2013
Halaman : 196 hal
Isbn : 978-602-279-002-0

Novel ini berkisah tentang seorang cowok bernama Chikusa yang mengalami mati suri karena operasi tumor otak yang dijalaninya. Cowok yang kemudian dipertemukan dengan Shiro, sosok bertudung putih yang berasal dari dimensi lain ini bahkan awalnya menganggap kalau dirinya telah mati. Namun, sosok Shiro—yang mengaku diutus untuk mengawal Chikusa selama berada di dimensi lain—meyakinkan Chikusa kalau sebenarnya cowok itu berada di dimensi lain karena keinginan dan keyakinannya sendiri.

Setelah pertemuan Chikusa dengan Shiro, sosok bertudung putih tersebut lalu memutarkan beberapa rekaman kehidupan yang pernah dialami Chikusa sebelum ia menjalani operasi. Satu per satu rekaman diputar, sampai akhirnya Chikusa menyadari satu hal tentang cintanya pada adik tirinya yang bernama Tateha.

Rekaman pertama yang diputar oleh Shiro memperlihatkan kejadian saat Chikusa menjalani operasi. Setelahnya, tampak kejadian masa kecil Chikusa saat ia baru pindah di sekolah barunya. Selain itu, tampak juga kalau awalnya Chikusa begitu membenci adik tirinya itu. Ia sama sekali tidak menginginkan mempunyai adik dari ibu lain yang kini menjadi ibunya. Sampai kemudian Chikusa melihat sebuah rekaman yang membuat ia sedikit bingung akan hubungannya dengan Tateha. Ditambah lagi munculnya sebuah gambar yang menunjukkan kalau Tateha ternyata sedang menjalin kedekatan dengan Hikaru-senpai—salah satu seniornya di Universitas.
@@@

Done! Selesai juga baca novel ini. Kalian tahu, sebenarnya saya nggak ada niatan untuk membeli novel ini. Tapi, saat jalan-jalan ke mall, tanpa sengaja saya melihat ada bazar buku di Gramedia. Iseng-iseng aja deh saya buat lihat-lihat buku murah. Sampai kemudian tanpa sengaja juga saya melihat novel ini. Yah, selain karena ini novel genre Jepang, harganya pun juga pas di kantong hehe. Jadilah saya beli novel karangan Mimosa Hana ini dan satu novel teenlit lainnya.Oh ya, ini juga merupakan Naskah Terbaik #LombaNovelJepang 2013 yang beberapa novel lainnya juga sudah saya ulas sebelumnya. 

Pas awal baca ceritanya, jujur saja saya udah langsung suka dan penasaran sama kelanjutan dan jalan ceritanya. Gaya bahasanya yang lancar, dan plot cerita yang rapi bakalan bikin kalian nggak rela untuk meletakkan novel ini sebelum akhir. Selain itu, meski di sini penulis menggunakan alur flash back di setiap bab-nya, itu sama sekali nggak akan membuat pembaca jadi bingung. Karena menurut saya penulis cukup berhasil menyelipkan setiap clue di tiap akhir bab-nya.

Di samping itu, membaca novel ini benar-benar terasa sekali Jepangnya. Di sini, kita bisa belajar lebih banyak lagi tentang istilah-istilah dan kebudayaan Jepang yang sebelumnya mungkin belum kita ketahui. Yaah, seperti saya ini. Membaca novel ini saya jadi lebih tahu tentang perbedaan partikel “san” dan “han” dalam penggunaannya. Selain itu, beberapa nama jalan dan juga beberapa pertokoan yang ada pun juga disebutkan dengan detail sekali. Intinya, novel ini cukuplah dijadikan acuan buat kalian yang masih awam tentang Jepang—tentunya juga diselingi dengan browsing agar informasi yang didapatkan juga lebih akurat.

Oh ya, tapi ada bagian cerita yang sepertinya membuat saya masih bingung. Tentang Tateha yang kemudian menjalin hubungan dengan Hikaru-senpai. Sumpah! Yang ini saya masih gagal paham *dasar otak lemot :3 di dalam video yang diputar Shiro, Chikusa seakan baru menyadari kalau ternyata dia dan Tateha telah berpacaran—saya pun di sini juga jadi terkejut. Namun, ketika dia sadar, ternyata Tateha telah menjalin hubungan dengan Hikaru. Huuaaaa ... barangkali ini efek gagal fokus yang sering menyerang diri saya hahah. Pokoknya ada beberapa adegan yang nggak disebutkan di sini sebab akibatnya, yang kemudian membuat saya harus rela membolak-balik kembali halaman untuk mencari tahu jawabannya hikzz.

But, over all, cerita ini sudah sangat bagus menurut saya sebagai pembaca. Saya suka. Mengingat ini adalah debut pertama penulis di dunia literasi. Cukup mengagumkan dan keren karena berhasil memenangkan lomba ini.

Review Novel “Undre the Same Sky that Day” by Mimosa Hana

- Copyright © BLOG SUKA-SUKA - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -